Friday 20 November 2015

Irving Janis (1971) menyatakan bahwa pemikiran kelompok (grupthink) adalah mode dari pemikiran bahwa orang-orang bersatu pada saat pencarian persetujuan menjadi dominan dalam kelompok kohesif yang cenderung berlebihan dalam penilaian realistis dan tingkah alternatif, akkibatnya ketika proses pembuatan keputusan ini kurang baik maka besar kemungkinan akan menghasilkan sesuatu yang merugikan (dalam Sarwono, 2001:119 dan Myers, 2012:389).
 Adapun gejala-gejala pikiran kelompok adalah sebagai berikut:
1. Persepsi yang keliru (ilusi) bahwa kelompok tidak akan terkalahkan.
2. Rasionalisasi (membenarkan hal-hal yang salah sebagai sesuatu yang seakan-akan masuk akal) kolektif.
3. Percaya kepada moralitas terpendam yang ada dalam diri kelompok.
4. Stereotip terhadap kelompok lain (out group).
5. Tekanan langsung terhadap anggota yang berbeda pendapatnya dari pendapat kelompok.
6. Sensor diri sendiri terhadap penyimpangan dari konsensus kelompok.
7. Ilusi bahwa semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat.
8. Otomatis menjaga mental untuk mencegah atau menyaring informasi-informasi yang tidak mendukung.

Dampak pikiran kelompok terhadap pembuatan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Diskusi terbatas hanya pada beberapa alternatif saja.
2. Pemecahan yang sejak semula sudah cenderung dipilih tidak dievaluasi atau dikaji ulang.
3. Alternatif yang sejak semula ditolak tidak pernah dipertimbangkan kembali.
4. Tidak pernah mencari atau meminta pendapat ahli.
5. Kalau ada nasihat atau pertimbangan lain, penerimaannya diseleksi karena ada bias pada pihak anggota.
6. Tidak melihat kemungkinan-kemungkinan bagaimana kelompok lain atau lawan akan bereaksi sehingga tidak menyiapkan rencana pengamanan atau langkah-langkah darurat.
7. Sasaran tidak disurvei dengan lengkap dan sempurna. (Sarwono, 2001:122-123)

Untuk pencegahan pikiran kelompok dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bersikap netral-jangan mendukung posisi manapun.
2. Mendorong evaluasi kritis, bagaimana keberatan dan keraguan para anggota kelompok.
3. Pada saat-saat tertentu kelompok dipecah, diminta untuk berdiskusi secara terpisah sebelum kemudian dipertemukan kembali dalam sate kelompok besar atau dalam keadaan yang berbeda.
4. Menerima kritikan dari para ahli dan rekan sejawat.
5. Sebelum mengimplementasikan hasil-hasil diskusi atau kesepakatan kelompok, ingatlah suatu "perubahan kedua" untuk mengungkapkan setiap keraguan (Myers, 2012:393).


Seluruh proses ini memang akan membutuhkan waktu yang lebih lama, namun akhirnya akan memperlihatkan kurangnya kesalahan-kesalahan dan lebih efektif. Pikiran kelompok (group think) hams diubah menjadi pikiran tim (team think) dan untuk memberi kesempatan kepada pelaksanaan prosedur dengan sebaik-baiknyaharus dikurangi desakan keterbatasan waktu atau time pressure (Neck & Moorhead, 1995 dalam Sarwono, 2001:123-124).

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ?

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget